Photo: Supriadi Lawani
Oleh: Supriadi Lawani*
Utustoria.com – Tulisan pendek ini saya buat karena beberapa hari lalu saya menonton video pendek salah seorang pimpinan partai politik kabupaten Banggai Sulawesi Tengah. Dalam pidato atau lebih tepat statement pendek itu saya mencatat ucapan si politisi tersebut yang mengatakan bahwa partai tempat dia bernaung adalah partai yang tidak mampu dibeli dengan uang. Statement inilah yang membuat saya bertanya dalam hati dan geleng geleng kepala sendiri, penyebabnya sederhana bahwa apa yang terjadi pada pilkada 2020 dan pemilu tahun 2024 kemarin adalah parade massif dari apa yang disebut dengan politik uang dan praktek kotor politik uang itu besar dugaan publik dikoordinir oleh politisi tersebut.
Perbedaan antara ucapan dan tindakan politisi dalam kehidupan politiknya ini adalah suatu tindakan yang sangat manipulatif suatu tindakan yang dilakukan untuk mengelabui massa, tindakan inilah yang dapat kita sebut sebagai hipokrit.
Namun tulisan ini tidak dimaksudkan untuk menyerang satu orang sebagai sosok, tulisan pendek ini dimaksudkan untuk mengajukan kritik atau bahan otokritik awal dalam kehidupan politik kita di Banggai ini.
Sedikit Tentang Hipokrit
Hipokrit adalah sifat, suatu perilaku atau sikap seseorang yang menunjukkan ketidaksesuaian antara apa yang mereka katakan atau percaya dengan apa yang sebenarnya mereka lakukan. Hipokrisi bisa muncul dalam berbagai konteks, baik itu dalam kehidupan sehari-hari, profesional, maupun politik.
Secara umum hipokrit dapat kita diringkas sebagai berikut dibawah ini.
Pertama seorang hipokrit sering mengatakan satu hal tetapi melakukan hal yang berbeda. Kedua mereka cenderung menunjukkan citra diri yang sangat baik di depan umum, tetapi berperilaku sebaliknya di belakang layar. Ketiga adalah standar ganda, orang yang hipokrit sering kali memiliki standar yang berbeda untuk diri sendiri dan orang lain. Mereka mungkin mengkritik orang lain untuk perilaku tertentu tetapi merasa bahwa mereka sendiri dikecualikan dari aturan tersebut.
Seorang yang hipokrit memiliki kencenderungan menyembunyikan motivasi atau niat sebenarnya di balik tindakan mereka, sering kali dengan berpura-pura memiliki niat baik. Masih banyak daftar dari perilaku seseorang yang memiliki sifat hipokrit namun untuk kepentingan tulisan singkat ini saya cukup menuliskan tiga saja, bagi pembaca yang ingin tahu lebih banyak silahkan mencari di internet bahan bacaan yang menjelaskan tentang itu.
Politisi Hipokrit
Politisi hipokrit merujuk pada politisi yang mengatakan satu hal untuk meraih dukungan atau kekuasaan tetapi bertindak sebaliknya ketika mereka sudah memiliki kekuasaan. Sifat ini sering kali terlihat dalam janji-janji kampanye yang tidak dipenuhi, kebijakan yang bertentangan dengan nilai-nilai yang diucapkan, atau perilaku yang bertolak belakang dengan pernyataan publik mereka.
Di kabupaten Banggai Sulawesi Tengah kita menyaksikan tidak sedikit politisi yang bersifat seperti ini namun yang menjadi pertanyaan adalah situasi sosial seperti apa yang menjadi latar belakang hadirnya politisi seperti ini?
Sependek pengetahuan saya salah satu penyebabnya adalah adanya situasi didalam masyarakat kita di mana korupsi dan nepotisme merajalela, politisi sering kali terlibat dalam praktik tidak etis untuk mempertahankan kekuasaan dan keuntungan pribadi. Ini mendorong mereka untuk berbicara tentang integritas dan kejujuran di depan umum, namun bertindak sebaliknya di belakang layar.
Situasi seperti ini menciptakan lingkungan di mana politisi dapat berbicara tentang nilai-nilai luhur seperti kejujuran, integritas, dan keadilan, tetapi berperilaku dengan cara yang sama sekali berbeda.
Untuk mengatasi fenomena ini memang tidak mudah kita memerlukan banyak sekali faktor yang dapat membatasi dan membongkar apa yang disembunyikan dibalik ucap manis retoris yang mereka ucapkan namun yang paling penting adalah keterlibatan perguruan tinggi dan organisasi masyarakat sipil lainnya termasuk peran media untuk memberikan pendidikan politik secara luas agar politisi yang hipokrit tidak lagi memperoleh kekuasaan. ***
Palu 14 Juni 2024
*Penulis adalah petani pisang.