Photo: Sulianti Murad Bersama Warga
Oleh: Supriadi Lawani*
Utustoria.com – Beberapa bulan terakhir saya menghadiri dan mengamati aktivitas politik dalam bentuk kampanye yang dilakukan oleh Sulianti Murad dan Samsul Bahri Mang.
Mereka melakukan kampanye dengan mengunjungi hampir semua desa yang ada di kabupaten Banggai ini, hampir setiap pelosok mereka datangi, hampir semua jalan mereka lalui, lorong – lorong sempit mereka masuki, bercerita dengan rakyat di lapangan , dijalan, dihalaman rumah rakyat dengan berbagai latar belakang sosial dan tentunya makan bersama di rumah rakyat.
Aktifitas politik yang dilakukan oleh Sulianti Murad adalah upaya untuk bisa terlibat langsung dalam ruang kehidupan rakyat, bisa mendengarkan dan merasakan langsung denyut nadi aktivitas harian rakyat.
Apa yang dikerjakan oleh Sulianti Murad ini jika kita merujuk pada konsep yang diperkenankan oleh Michel de Certeau, seorang filsuf dan sosiolog Perancis, dalam karyanya The Practice of Everyday Life (1980) disebut sebagai spatial practice dan spatial stories. De Certeau memperkenalkan cara pandang yang unik terhadap ruang dan praktik sehari-hari, terutama dalam konteks pengalaman manusia dalam ruang kehidupanya.
Sedikit Tentang Spatial practice
Menurut de Certeau, spatial practice adalah cara individu atau kelompok berinteraksi dan bergerak dalam ruang untuk membentuk makna dan fungsi ruang tersebut. Ini mengacu pada tindakan-tindakan sehari-hari, seperti berjalan di jalan, menggunakan taksi online atau ojek, ataupun berkumpul di ruang publik, yang secara tidak langsung membentuk ruang melalui aktivitas yang terus berlangsung.
Spasial praktis adalah bagaimana orang “menggunakan” ruang, terkadang dengan cara yang tak terduga, di luar desain atau aturan yang direncanakan oleh pemerintah atau otoritas yang berwenang. Dengan kata lain, praktik ini menunjukkan bagaimana ruang tidak sekadar “ada” untuk ditempati, tetapi juga dihidupkan melalui penggunaan yang spontan, kreatif, dan bahkan kritis.
Misalnya, lorong atau trotoar yang pada awalnya hanya dirancang untuk dilalui dapat menjadi ruang sosial ketika orang-orang memutuskan untuk berhenti di sana, berbicara dan mendiskusikan segala persoalannya.
Praktik-praktik kecil ini memberikan makna tambahan pada ruang dan menjadikannya sebagai tempat yang hidup dan dinamis.
Sedikit Tentang Spatial Stories
Spatial stories menurut de Certeau, adalah cara orang bercerita dan memberikan narasi pada ruang-ruang yang mereka tempati. Dengan kata lain, spatial stories adalah narasi-narasi yang muncul dari interaksi antara manusia dan ruang, dan bagaimana cerita-cerita ini menciptakan persepsi dan makna terhadap ruang tersebut.
Bagi de Certeau, manusia selalu “menceritakan” ruang melalui tindakan dan aktivitas mereka, yang secara tidak langsung menjadi sebuah narasi tentang ruang itu sendiri.
Sebagai contoh, ketika seseorang menceritakan tentang jalan yang ia lalui setiap hari, ia mungkin menyebutkan hal-hal tertentu seperti rumah adat, bangunan bersejarah, ladang , sawah dan/atau tempat kejadian penting. Ini menjadi semacam “cerita” tentang ruang tersebut yang tidak tertulis tetapi hidup dalam pengalaman sehari-hari.
Pentingnya Spatial Practice Dan Spatial stories Dalam Politik Elektoral
Memahami,merasakan dan mendengarkan spasial praktis dan spasial stori sangat penting bagi pemimpin ataupun calon pemimpin karena aspek ini berkaitan langsung dengan pengambilan kebijakan yang efektif dalam penataan atau tata kelola pemerintahan, pembangunan infrastruktur dan peningkatan kualitas hidup masyarakat seperti pendidikan gratis dan layanan kesehatan yang baik.
Spasial praktis dan spasial stori adalah tentang bagaimana ruang dan wilayah digunakan secara optimal untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, termasuk akses ke fasilitas publik, perumahan, transportasi, dan lingkungan yang layak untuk dihuni.
Jika pemimpin atau calon pemimpin memahami spasial praktis dan spasial stori mereka akan mampu membuat kebijakan yang responsif.
Dengan memahami bagaimana orang berinteraksi dengan ruang akan membantu pemimpin atau calon pemimpin merancang kebijakan yang lebih responsif terhadap kebutuhan masyarakat, seperti aksesibilitas, mobilitas, dan keamanan.
Selanjutnya dengan memahami kebutuhan spasial, pengalokasian anggaran dapat lebih tepat sasaran, misalnya dalam pembangunan jalan, fasilitas kesehatan, sekolah dan bangunan publik lainnya yang sesuai dengan pola permukiman dan kebutuhan penduduk.
Dengan pemahaman spasial juga memungkinkan pemimpin atau calon pemimpin dapat mengembangkan wilayah secara berkelanjutan, meminimalkan dampak terhadap ekosistem, dan mendorong pembangunan yang tidak merusak lingkungan.
Pengaturan spasial yang baik juga dapat membantu mengurangi kesenjangan sosial dengan memperhatikan akses yang setara ke fasilitas penting bagi semua lapisan masyarakat.
Dengan menguasai dan memahami spasial praktis dan spasial stori pemimpin atau calon pemimpin dapat lebih peka terhadap bagaimana kebijakan ruang dan wilayah akan berdampak pada masyarakat sehari-hari, sehingga keputusan yang diambil lebih berpihak pada kepentingan publik.
Dengan memanfaatkan spasial praktis dan spasial stori, pemimpin tidak hanya mampu melihat gambaran besar tetapi juga bisa merespons dinamika di lingkungan sekitarnya secara lebih adaptif. Ini pada akhirnya meningkatkan efektivitas kepemimpinan dalam berbagai aspek mulai dari strategi, empati, hingga pengambilan keputusan yang berkelanjutan.
Balantak 5/11/2024
*Penulis adalah petani pisang