Photo: Reza Fauzi
Utustoria.com, Banggai – Cuplikan video yang beredar di media sosial serta berita dari CNADaily.id menampilkan pernyataan kontroversial dari Calon Bupati Banggai (Petahana), Amirudin. Dalam pernyataannya, Amirudin menyebut bahwa pegiat media sosial dan penulis di berbagai platform media melakukan fitnah untuk mencari uang. Tuduhan tersebut dilontarkan saat ia memberikan klarifikasi terkait kritik terhadap program-program yang dinilai kurang maksimal selama masa kepemimpinannya, seperti dilaporkan oleh berbagai media sosial dan portal berita.
Dalam kampanye terbuka yang berlangsung di Kelurahan Tolando, Kecamatan Batui, Amirudin menuding bahwa kritik mengenai gagalnya program andalannya, yaitu “Satu Juta Satu Pekarangan,” merupakan bentuk fitnah. Ia membela diri dengan mengklaim bahwa beberapa programnya, seperti kandang ayam dan kolam lele yang sudah menghasilkan, difoto dan diberitakan seolah tidak berhasil. “Saya sangat menyayangkan orang-orang yang menulis lalu meng-upload, mencari uang dengan cara seperti ini untuk dia makan. Mendarah daging. Kasih makan istrinya, dikasih makan anaknya,” ujar Amirudin seperti dilansir CNADaily.id.
Menanggapi pernyataan ini, Reza Fauzi, seorang seniman sekaligus pegiat media sosial, memberikan tanggapan kritis. Menurutnya, pernyataan Amirudin sangat tidak etis dan tidak pantas diucapkan oleh seorang calon pemimpin. “Silahkan jika ingin melakukan klarifikasi, tetapi menuduh informasi tersebut sebagai fitnah, apalagi sampai menyinggung urusan makan keluarga para penulis dan pegiat media sosial, sangatlah tidak elok,” ujar Reza.
Reza menambahkan, evaluasi publik terhadap kepemimpinan Amirudin adalah hal yang wajar dalam dunia politik. Kritik yang disampaikan oleh warga dan media seharusnya dipandang sebagai bagian dari proses demokrasi, bukan dianggap sebagai penghinaan. “Jika tersinggung, sebaiknya introspeksi, bukan justru merasa terhina dan menghina warganya,” tegas Reza.
Lebih jauh, Reza menjelaskan bahwa tindakan Amirudin bisa dilihat dalam konteks Teori Frustrasi-Agresi, di mana agresi, baik fisik maupun verbal, muncul sebagai respons terhadap perasaan frustrasi akibat kegagalan atau hambatan dalam mencapai tujuan. Menurutnya, menuding warga dan pegiat media sebagai pelaku fitnah hanya memperlihatkan ketidakmampuan menerima kritik dengan baik.
Pernyataan Amirudin yang terkesan menjatuhkan profesi tersebut juga menuai perhatian luas di media sosial. Banyak yang menganggap bahwa sebagai calon bupati, ia seharusnya lebih bijaksana dalam menanggapi kritik, terlebih dalam suasana kampanye yang seharusnya menjadi ajang untuk membangun hubungan baik dengan masyarakat. (Red)