Photo: Ilustrasi
Oleh: Supriadi Lawani *
Utustoria.com – Tulisan pendek ini saya buat karena terinspirasi dari film asal jepang yang berjudul Mumon: The Land of Stealth sebuah film garapan Yoshihiro Nakamura yang diangkat dari novel berjudul sama karya Ryō Wada. Film tersebut menceritakan tentang seorang Shinobi ( Ninja) bernama Mumon yang gemar memburu hadiah ( uang) dan siap melakukan apapun hanya untuk uang. Namun tulisan ini tidak bermaksud mereview jalan cerita film tersebut namun ingin bercerita tentang salah satu aktor dalam politik di Indonesia pada umumnya dan di kabupaten Banggai Sulawesi Tengah khususnya, aktor tersebut bukanlah partai politik atau anggota partai politik, bukan tokoh agama, tokoh masyarakat atau apapun namun mereka adalah orang – orang “bebas” yang aktif dalam kegiatan politik praktis dan dapat memobilisasi massa dan mempengaruhi opini publik. Mereka dapat bekerja untuk siapapun yang dapat “membayar” jasa mereka dan entah kenapa prinsip hidup mereka persis seperti Shinobi ( Ninja) dalam film tersebut.
Sedikit Tentang Shinobi
Dalam berbagai sumber yang saya peroleh untuk keperluan tulisan singkat ini, Shinobi adalah istilah Jepang yang mengacu pada seorang ninja, yaitu prajurit rahasia yang terlatih dalam seni spionase, sabotase, penyusupan, dan terkadang pembunuhan. Shinobi sangat dikenal dalam sejarah Jepang feodal, terutama selama periode Sengoku (abad ke-15 hingga abad ke-17). Mereka sering bekerja sebagai agen rahasia untuk daimyo (panglima perang) atau klan-klan tertentu.
Meskipun tidak semuanya namun secara umum, ninja lebih dikenal sebagai prajurit bayaran yang bekerja berdasarkan misi tertentu, dan sering kali motivasi utama mereka adalah uang atau imbalan. Tidak seperti samurai yang memiliki kode etik bushido dan mengabdi pada tuannya dengan kehormatan dan kesetiaan, ninja lebih pragmatis dan fokus pada hasil. Mereka cenderung mengutamakan kesuksesan misi di atas nilai-nilai moral atau kesetiaan mutlak.Karena ninja bekerja untuk berbagai pihak yang membayar mereka, baik itu daimyo (penguasa feodal), pedagang kaya, atau kelompok lain, ideologi utama mereka lebih bersifat praktis dan berorientasi pada tugas yang diberikan. Hal ini membuat ninja dianggap oportunis dan fleksibel dalam hal siapa yang mereka layani, selama ada keuntungan yang diperoleh. Prinsip hidup ninja adalah sederhana “ maju tak gentar membela yang bayar”.
Semangat “Ninja” Dalam Politik
Dalam politik khususnya dalam politik elektoral kita akan banyak menjumpai “ninja – ninja” yaitu seperti saya katakan diatas yaitu aktor – aktor politik bebas yang tidak terikat organisasi atau “ norma” tertentu mereka adalah orang – orang bebas namun memiliki kemampuan untuk menganalisis situasi politik, mengumpulkan informasi, mempengaruhi opini dan memobilisasi massa, dalam tulisan ini saya menyebutnya sebagai “Ninja Politik”.
Seperti ninja dalam masa feodalisme Jepang “ninja politik” ini juga mempunyai prinsip hidup yang sama yakni “ maju tak gentar membela yang bayar “.
“Ninja Politik” bukanlah anggota partai yang relatif menjaga kesetiaan atas perintah partai, bukanlah tokoh agama atau tokoh masyarakat yang menjaga citranya sebagai orang yang memiliki moral. Namun sebaliknya “ ninja politik” persis sama dengan ninja zaman feodalisme Jepang mereka bekerja untuk berbagai pihak yang membayar mereka,ideologi utama mereka seperti saya sebutkan diatas adalah uang.
Sebagai Ninja, “Ninja Politik” juga tidak seperti samurai yang lebih terbuka dalam pertempuran, seperti juga ninja (shinobi) sesungguhnya “Ninja Politik ‘ lebih banyak bergerak dalam bayangan menggunakan taktik diam-diam dan strategi untuk mencapai tujuan mereka tanpa terdeteksi. Demikianlah ninja maupun “ninja politik” adalah aktor yang penting dalam setiap peradaban, aktor yang mewarnai peradaban dan memastikan kekuasaan politik tercipta.
Dalam situasi seperti saat ini, ditengah krisis lapangan pekerjaan, ekonomi yang menurut saya memprihatinkan maka dapat dipastikan akan banyak lahir “ninja – ninja politik” yang selalu bergerak dengan misi yang sama memenangkan politik elektoral bagi mereka yang membayarnya. Kita tunggu saja siapa “ninja politik” yang akan “sukses” dalam politik elektoral kali ini.
Luwuk 16/9/2024
Photo: Supriadi Lawani
*Penulis adalah petani pisang.