
Photo: Ilustrasi
Oleh: Supriadi Lawani*
Utustoria.com – Tulisan ini saya buat karena melihat beberapa kejadian dan mendengar beberapa gosip, ya orang disini ini memang hobi gosip dan suka mendengarkan desas desus. Setelah melihat vidio dan mendengarkan cerita – cerita gosip saya berkesimpulan bahwa Kabupaten,( saya tidak usah bilang namanya), saat ini memang sedang hits. Bukan karena pembangunan yang spektakuler, bukan karena sekolah gratis sampai perguruan tinggi atau puskesmas yang buka 24 jam. Tapi karena bupatinya.
Tentu pembaca bertanya Bupati yang mana? Seperti penggemar gosip saya kira pembaca sudah tahu sendiri yang mana. Bupati yang ini memang bukan kepala daerah biasa. Ia multitugas: bisa jadi pejabat, DJ, seleb TikTok, sekaligus raja pesta. Pokoknya serba bisa!Tiap ada acara, apalagi konser, beliau selalu ada di barisan depan. Joget dulu, baru pidato. Kadang pidatonya pun lebih mirip MC acara dangdut: semangat, meriah, tapi kosong isinya. “Ayo kita semangat membangun daerah!” katanya, sambil mengedipkan mata ke artis dari Jakarta yang baru saja turun panggung. Mungkin maksudnya: semangat membangun suasana.
Perempuan-perempuan cantik dan tentunya montok seolah jadi ‘bintang tamu tidak resmi’ dalam lingkungan kekuasaannya. Ada yang katanya dekat, ada yang katanya ‘diperhatikan’, bahkan ada yang katanya… ya, kita semua sudah tahu tapi pura-pura tidak tahu. Hadiahnya pun bukan main, dari tas mahal, motor, mobil sampai proyek. Semua dibungkus dengan bahasa manis: perhatian dari pemimpin.Tapi tunggu dulu. Ada kabar yang lebih bikin jidat mengernyit: isu tentang sabu-sabu. Entah benar entah tidak, tapi kabar itu berembus seperti asap: tidak kelihatan wujudnya, tapi aromanya kuat sekali. Ada yang bilang beliau memimpin dalam keadaan tidak sadar. Kalau benar, berarti rakyat di daerah tersebut dipimpin oleh seseorang yang lebih dekat ke alam khayal dibanding realitas.
Tentunya saya atau kami bukan marah karena beliau joget. Joget itu hak asasi. Tapi kalau setiap acara yang konon katanya untuk rakyat, karena sekali lagi gosipnya yah, dibiayai oleh APBD malah jadi panggung pribadi ini keterlaluan namanya, kalau rakyat yang mengeluh dibilang nyinyir, sementara yang dekat dan menjilat malah mendapat ‘berkah’… ya jelas ini bukan kepemimpinan, tapi panggung sirkus.
Mungkin memang begitulah wajah kekuasaan hari ini: dipoles dengan cahaya panggung, dilapisi make-up pencitraan, tapi di balik itu, ada rakyat yang tak pernah diajak bicara. Kami hanya penonton, bukan peserta.Bupati, saya atau kami ingin bilang: rakyat jangan hanya di beri konser. Kami butuh pemimpin, yang memberikan kesejahteraan, lapangan pekerjaan untuk anak muda dan kepastian masa depan.
Jakarta 23/6/2025
*Penulis adalah petani pisang



