Photo: Siswa – Siswi Naik Mobil Proyek Dengan Kap Terbuka Untuk Berangkat Sekolah
Utustoria.com, Banggai — Puluhan siswa SMP dan SMA di Desa Lontio, Kecamatan Bunta, Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah terpaksa harus menunggu tumpangan kendaraan setiap pagi agar bisa sampai ke sekolah di Kecamatan Lobu, yang berjarak sekitar 9 kilometer dari kampung mereka.
Pemandangan ini menjadi hal biasa setiap hari sekolah, di mana para siswa berdiri di tepi jalan, berharap ada kendaraan yang lewat untuk memberi tumpangan.
Para siswa tak pilih-pilih kendaraan. Sepeda motor, mobil pribadi, mobil pikap, truk, hingga kontainer kerap menjadi pilihan tumpangan mereka.
Seorang pelajar yang ditemui seusai pulang sekolah mengungkapkan, setiap pagi mereka harus menunggu lama untuk mendapatkan tumpangan.
Kondisi ini kerap kali membuat mereka terlambat masuk sekolah. Kadang, mereka bahkan tidak bisa ikut upacara bendera di hari Senin.
“Sekalipun terlambat, para guru tidak marah karena mereka memahami kondisi kami. Namun, kami sering ketinggalan pelajaran,” kata salah seorang siswi.
Sebelumnya, ada mobil roda tiga (viar) yang disediakan untuk antar-jemput siswa dengan tarif Rp 1.000 per orang.
Namun, banyak keluarga yang menunggak pembayaran akibat kondisi ekonomi yang sulit,
sehingga layanan ini tidak lagi beroperasi.
Menurut salah satu orang tua siswa, sekitar 70 anak dari Desa Lontio, baik SMP maupun SMA, mengalami masalah ini.
Orang tua siswa berharap agar pemerintah turun tangan membantu mengatasi kesulitan mereka.
Mereka menginginkan adanya bantuan transportasi, seperti bus sekolah atau kendaraan lain, seperti mobil pikap, yang bisa digunakan untuk mengantar para siswa ke sekolah tepat waktu.
“Yang penting anak-anak bisa sekolah tanpa harus menunggu tumpangan lagi,” harap salah satu orang tua. (Red)