Photo: Supriadi Lawani (Tengah)
Oleh : Supriadi Lawani*
Utustoria.com – Ini cerita tentang pembohong, banyak orang termasuk saya mungkin pernah melakukan kebohongan dalam hidupnya, paling tidak kebohongan kecil. Mungkin saja!?
Saya menulis ini dikarenakan melihat potongan tayangan salasatu film kartun Seven Deadly Sins yang lewat di akun media sosial. Dalam film ini ada satu karakter bernama Hawk, adalah babi yang dapat bicara dan salah satu teman Meliodas. Hawk cenderung memiliki ego yang besar dan sombong, dia menyombongkan kekuatan mengagumkannya kepada orang-orang di sekitarnya. Tapi, Hawk sepertinya hanya omong kosong karena dia tidak pernah mendukung klaimnya ini dengan memperlihatkan kemampuannya. Hawk adalah Babi yang sombong dan suka berbohong.
Namun ternyata berbohong juga bisa menjadi hiburan bahkan dibuatkan festival seperti yang dapat kita lihat dan baca dalam Wikipedia di kota Cumbria, negara Inggris, ada acara semacam kompetisi untuk berbohong, diacara itu peserta dari seluruh dunia memiliki waktu lima menit untuk berbohong dengan model kebohongan besar dan paling meyakinkan yang mereka bisa. Aturan kompetisi melarang penggunaan alat peraga atau naskah, namun ada yang aneh dalam kompetisi itu yakni Politisi tidak diperbolehkan mengikuti kompetisi ini karena mereka dinilai terlalu terampil berbohong.
Namun bagi saya tidak semua politisi adalah pembohong, ada juga politisi yang baik dan jujur yang konsisten dalam setiap ucapan dan tindakannya bahkan dalam hal – hal kecil sekalipun, karena kata orang bijak jika kita tidak dapat berkomitmen pada hal – hal yang kecil maka akan susah berkomitmen dalam hal – hal yang besar.
Namun ada fakta bahwa bagi sebagian orang kebohongan dalam politik juga merupakan strategi untuk mendapatkan kekuasaan. Kebohongan dalam politik adalah pernyataan yang sengaja disampaikan oleh politisi atau tim kampanye dengan tujuan untuk menyesatkan atau memanipulasi opini publik, memperoleh keuntungan politik, atau mempertahankan kekuasaan. Kebohongan politik dapat mengambil berbagai bentuk, termasuk penyebaran informasi palsu, janji yang tidak realistis, ingkar janji dan/atau penyesatan fakta.
Karakter pembohong seringkali ditandai dengan beberapa ciri-ciri yang pada kesempatan ini coba saya tulis dari rangkuman beberapa sumber.
Yang pertama tidak konsisten, sering mengubah cerita atau memberikan informasi yang berbeda pada kesempatan yang berbeda.
Yang kedua manipulatif,menggunakan kebohongan untuk memanipulasi situasi atau orang lain demi keuntungan pribadi.
Yang ketiga kurang integritas, sikap nya kalau kita perhatikan dengan seksama menunjukkan kurangnya komitmen terhadap kebenaran dan etika.
Yang keempat sangat cerdik dalam berkata-kata, sosok pembohong pandai menggunakan kata-kata untuk menyembunyikan kebenaran atau menyesatkan orang lain.
Yang kelima suka menghindari tanggung jawab, pembohong sering kali berusaha menghindari konsekuensi dari tindakan atau kebohongannya.
Yang keenam adalah kurangnya rasa bersalah, seorang pembohong tidak akan menunjukkan penyesalan atau rasa bersalah setelah berbohong.
Dan yang terakhir adalah sangat suka mengalihkan perhatian, seorang pembohong akan sering untuk mencoba mengalihkan perhatian dari kebohongannya dengan mengubah topik pembicaraan atau menyalahkan orang lain.
Dalam momentum pilkada ini, dalam tahun politik ini, sebagai penutup tulisan pendek ini, saya mengajak kepada kita semua untuk menghindari dan mencegah lahirnya pemimpin yang pembohong.
Penting bagi kita untuk tidak memilih calon pemimpin yang pembohong karena kejujuran adalah salah satu kualitas utama yang harus dimiliki seorang pemimpin. Pemimpin yang jujur akan membangun kepercayaan dan kredibilitas di antara rakyatnya, membuat keputusan berdasarkan fakta dan etika, serta transparan dalam tindakannya. Pemimpin yang berbohong cenderung menghindari akuntabilitas, menyembunyikan informasi penting, dan membuat keputusan yang tidak didasarkan pada kebenaran, yang dapat merugikan masyarakat dan negara. Memilih pemimpin yang jujur adalah langkah penting untuk mencapai pemerintahan yang adil dan efektif. ***
*Penulis adalah petani pisang