Melawan Pemimpin yang Memiliki Sifat Setan - Utustoria Melawan Pemimpin yang Memiliki Sifat Setan - Utustoria

Melawan Pemimpin yang Memiliki Sifat Setan

1394
Spread the love

Photo: Supriadi Lawani

Oleh : Supriadi Lawani

Utustoria.com – Dalam setiap setiap aktivitas kehidupan  sering kita mendengar kata setan, apalagi saat sedang marah atau kesal pada sesuatu. Beberapa dari kita sering mengatakan setan kepada sesuatu yang membuat kita marah atau kesal. Setan menjadi kosakata kita untuk meluapkan emosi kepada sesuatu yang kita anggap salah dan keliru serta keluar dari nilai – nilai moral kehidupan kita.

Di Bulan suci Ramadhan seperti  saat ini kita ketahui bersama bahwa setan – setan dibelenggu, sebagaimana  hadis riwayat Imam Bukhari dan muslim, Rasulullah SAW. bersabda, “Apabila bulan Ramadan datang, maka pintu-pintu surga akan dibukakan, dan pintu-pintu neraka akan ditutup, serta setan-setan akan dibelenggu.”

Meski demikian tidak semua setan terikat di bulan Ramadan. Ada beberapa setan yang tetap berkeliaran walau tidak seleluasa hari biasa. Akan tetapi setan yang tidak terikat tidak mampu menggoda manusia apabila manusia tersebut memiliki ketaatan yang dalam, yakni ketaatan kepada setiap perintah Allah dan ajaran serta keteladanan Rasullullah Muhammad Saw.

Oleh beberapa ulama ditafsirkan bahwa makna terbelenggu sendiri memiliki dua definisi, pertama setan yang terbelenggu benar-benar diikat dalam artian tidak bisa bergerak. Kedua, makna terbelenggu berpacu pada sifat setan dalam menjerumuskan manusia.

Dari argumen diatas kemudian akan timbul pertanyaan apa sebetulnya setan itu?

Sedikit Tetang Setan

Ayatollah Ruhollah Khomeini atau yang lebih dikenaal dengan panggilan Imam Khomeini pemimpin spiritual Iran yang memimpin Revolusi Islam pada tahun 1979 dalam setiap pidatonya mengatakan bahwa Amerika Serikat adalah setan bahkan dia menyebutnya sebagai setan besar.

Setan adalah istilah atau kosakata yang dapat menjadi sebutan bagi bangsa jin ataupun manusia. Jin yang bersifat durhaka adalah setan. Demikian pula umat manusia, apabila ia bersifat durhaka maka dia memiliki sifat setan. Hal ini sebagaimana dijelaskan dalam Al-Qur’an surat Al-An’am ayat 112, Allah SWT berfirman:

"Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu syaitan-syaitan (dari jenis) manusia dan (dari jenis) jin, sebahagian mereka membisikkan kepada sebahagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia). Jikalau Tuhanmu menghendaki, niscaya mereka tidak mengerjakannya, maka tinggalkanlah mereka dan apa yang mereka ada-adakan." (QS Al-An'am: 112).

Kemudian Qur’an Surat  Al-Baqarah ayat 257 menyebutkan kata ṭāghūt  yang kemudian ditafsirkan oleh banyak penafsir.  Ibnu Katsir dalam kitab tafsirnya Tafsi}r al-Qur’ān al-A’ḍim menjelaskan bahwa kata ṭāghūt dalam ayat tersebut bermakna setan.

Namun Sayyid Quthb di dalam karya otentiknya Tafsīr fi Ẓilal al-Qur’ān, Sayyid Quṭb memaknai kata ṭāghūt yang disebutkan pada ayat tersebut dengan “sesuatu yang menyalahi kebenaran dan melampaui batas yang telah ditetapkan oleh Allah kepada hamba-hambanya”.

Menurut as-Syaikh Ahmad as-Sawi setan berasal dari kata ‘syatana’ yang artinya jauh dari rahmat. Makna setan sebenarnya merupakan nama sifat dan ia tidak memiliki bentuk atau asal tertentu.

Dari sini kita dapat menyimpulkan bahwa setan adalah sifat yang jauh dari apa yang diperintahkan Allah dan Rasullullah Muhammad Saw, yaitu sifat – sifat buruk yang merusak,sifat  licik, penuh tipu daya, dan sifat yang terus berusaha untuk menyesatkan manusia dari jalan kebenaran.

Perlunya Melawan Pemimpin Yang Memiliki Sifat Setan

Diatas telah disebutkan bahwa setan adalah sifat  yang buruk yang merusak,sifat  licik, penuh tipu daya, dan sifat yang terus berusaha untuk menyesatkan manusia dari jalan kebenaran. Sifat setan memiliki unsur-unsur seperti kejahatan, kebohongan, godaan, keserakahan, ketidakpatuhan terhadap kebenaran, kebencian, dan penciptaan fitnah.

Dalam islam sifat – sifat setan seperti itu jika terdapat dalam diri manusia maka orang tersebut dikatakan sebagai oraang yang munafik.  Sehingga dapat dikatakan bahwa sifat setan pada manusia mewujud dalam kemunafikan atau disingkat munafik.

Munafik merupakan istilah dalam Islam yang merujuk kepada seseorang yang menunjukkan keimanan atau kesetiaan secara lahiriah, tetapi sebenarnya tidak memiliki keimanan yang tulus di dalam hatinya. Munafik dicela dalam Al-Qur’an karena perilaku mereka yang bermuka dua dan sering kali menyesatkan orang lain dengan tipu daya mereka. Mereka menunjukkan keislaman mereka hanya sebagai tampilan luar tanpa memiliki keimanan yang benar di dalam hati.

Dalam hadits Rasulullah saw yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari disebutkan:  “Tanda-tanda orang munafik ada tiga, yaitu (1) ketika berbicara ia dusta, (2) ketika berjanji ia mengingkari, dan (3) ketika ia diberi amanat ia berkhianat.

Pemimpin yang munafik sering kali menampilkan perilaku riya’ atau pamer. Riya’ adalah perilaku menunjukkan amal ibadah atau kebaikan kepada orang lain dengan tujuan untuk mendapatkan pujian atau penghargaan dari manusia, bukan semata-mata untuk mendapatkan keridhaan Allah.

Pemimpin yang munafik adalah pemimpin yang sering berdusta kepada rakyat, ingkar pada janji – janji politiknya dan berkhianat kepada publik, berkhianat kepada rakyat yang dipimpinnya.

Pemimpin yang munafik adalah pemimpin yang dalam setiap pemikirnya tidak pernah menghadirkan cara bagaimana umat ini, bagaimana masyarakat yang dipimpinya keluar dari persoalan hidupnya, keluar dari beban hidupnya, bagaimana umat atau masyarakat keluar dari krisis yang setiap saat menghantui hidupnya.

Pemimpin yang munafik adalah dia yang memamerkan kesalehan atau religiusitasnya kepada publik, tetapi sebenarnya memiliki motif yang tersembunyi dan bertentangan dengan kebaikan atau kepentingan umum. Didalam hati dan pikirannya yang tersembunyi, dia menggunakan kedudukan atau wewenangnya untuk tujuan pribadi atau untuk kepentingan keluarganya dan  kelompok tertentu. Dia selalu menunjukkan kebaikan atau melakukan amal ibadah di depan umum dengan tampilan yang dramatis tetapi hatinya tidak ikhlas dan tidak berorientasi pada keridhaan Allah. Dia bersikap riya’ dan sombong.

Maka di momentum Ramadhan ini, di Bulan yang suci ini sudah sepantasnya kita bersepakat dengan pikiran dan hati kita, bersepakat dengan qolbu kita bahwa pemimpin yang memiliki sifat setan atau munafik harus dilawan dan jangan dibiarkan terus berkuasa, karena jika terus dibiarkan maka sama saja kita ingkar kepada iman kita, ingkar kepada kalimat tauhid kita, ingkar kepada tuhan kita Allah Swt, ingkar kepada Rasullullah Muhammad Saw.

Hafizhanallah (Semoga Allah menjaga kita) !!

*Penulis adalah petani pisang


TAG