Membangkitkan Kembali Kesalehan Sosial Dalam Ke-Islaman Kita - Utustoria Membangkitkan Kembali Kesalehan Sosial Dalam Ke-Islaman Kita - Utustoria

Membangkitkan Kembali Kesalehan Sosial Dalam Ke-Islaman Kita

1517
Spread the love

Photo: Ilustrasi

Oleh : Supriadi Lawani*

Utustoria.com – Islam sebagaimana diimani oleh banyak penganutnya  adalah agama yang diturunkan oleh Allah Swt Tuhan yang maha segalanya untuk mewujudkan kedamaian dan kasih sayang bagi manusia maupun alam semesta, islam sebagai “Rahmatan lil ‘Alamin” adalah tujuan paling mendasar diturunkannya agama ini oleh Allah ke bumi melalui perantara utusannya Rasullullah Muhammad Saw,  penekanannya Islam sebagai Rahmat untuk semesta alam  dapat kita baca pada Surat Al- Anbiya’ ayat 107 “Dan tiadalah kami mengutus kamu (Muhammad), melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam” .

Begitu luas dan sempurnanya misi Islam ini sehingga menjadi suatu pertanyaan jika Islam hanya menjadi agama yang sifatnya “individual” saja dan tidak bersifat sosial, sehingga jika Islam sebagai agama seru sekalian alam kehilangan tanggung jawab sosialnya maka Islam menjadi semacam ritual yang bersifat pribadi terlepas dari kehidupan sosial, karenanya jika itu terjadi maka Islam akan menjadi a historis.

Banyak kita temui hari ini orang- orang sibuk melaksanakan ritual peribadatan namun hilang kepedulian sosialnya, adalah paradoks seseorang yang religius tapi tidak peduli kepada petani yang disingkirkan dari tanah nya oleh modal, religius tapi tidak peduli kepada barisan pengangguran yang massal, religius tapi tidak peduli kepada mahalnya harga beras yang membuat kaum miskin desa dan kota tersiksa, seolah-olah ritual peribadatannya dapat menghapus segala dosa-dosa dan dapat mengkapling sepetak dua petak syurga diakhirat nanti tanpa tanggung jawab sosial dari keimanannya.

Tulisan singkat kali ini adalah upaya kecil saya di bulan ramadhan yang suci ini untuk membangkitkan kembali kesalehan sosial agar tetap menjadi semangat utama dalam ke_Islaman kita di zaman yang semakin individualistik ini.

Islam Sebagai Agama Sosial

Agama secara historis dan dalam banyak praktiknya, memiliki dimensi sosial yang signifikan. Sebagian besar agama memiliki ritual, komunitas, aturan sosial, dan lembaga yang membentuk dan memengaruhi kehidupan sosial manusia dan Islam adalah agama yang sangat mengutamakan komitmen sosial dalam setiap sendi ajarannya.

Islam adalah agama yang memiliki dimensi sosial yang sangat kuat. Ajaran Islam tidak hanya mencakup aspek individual seperti ibadah dan keimanan, tetapi juga memberikan pedoman tentang bagaimana berinteraksi dengan sesama manusia dan membangun masyarakat yang adil dan beradab.

Hablum minallah” dan “hablum minannas” inilah salasatu konsep islam dalam membangun peradaban. Islam memang memiliki dimensi individual, seperti iman, spiritualitas, dan kepercayaan pribadi, tetapi juga memiliki dimensi sosial yang kuat yang memengaruhi kehidupan bermasyarakat secara luas. Ujian utama seorang muslim terkait keimanannya kepada Allah dan Muhammad Rasullullah dapat kita lihat dari kehidupan sosialnya. 

Kita tidak dapat menjadi muslim yang sejati jika kita tidak mengabadikan kehidupan beragama kita pada kehidupan sosial kita yang nyata. Iman kepada Allah dan Muhammad Rasullullah akan menemukan pengejawantahannya dalam tindakan nyata kita berjuang merubah keadaan sosial umat menjadi lebih baik, menjadi lebih adil untuk kesejahteraan umat, singkatnya Islam menekankan pentingnya keadilan dalam semua hubungan sosial.

Seorang muslim diperintahkan untuk bersikap adil sejak dalam pikirannya dalam segala hal dan keberpihakan yang nyata kepada kelompok- kelompok mustadafin (orang-orang yang lemah atau terpinggirkan) sikap keberpihakan ini adalah prinsip yang sangat penting dalam ajaran Islam. Islam menekankan pentingnya memperhatikan, membantu, dan melindungi mereka yang tidak mampu atau terpinggirkan dalam masyarakat. 

Kesalehan Sosial Sebagai Cara Mewujudkan Perubahan Sosial

Seperti yang dituliskan diatas  Islam bukan hanya sekadar agama ritual, tetapi juga merupakan agama sosial yang mengatur berbagai aspek kehidupan masyarakat oleh karenanya menjadi sangat penting bagi kita untuk kembali pada semangat awal  Islam diturunkan yakni sebagai rahmat untuk semesta alam yang didalamnya manusia sebagai elemen penting untuk mewujudkannya.

Manusia seperti kita ketahui bersama adalah mahluk sosial, sebagai mahluk sosial maka menjadi penting kita untuk mewujudkan kesejahteraan bersama dan dalam mewujudkan itu maka kesalehan sosial menjadi salasatu cara yang paling pokok untuk kita tempuh.

Kesalehan sosial adalah upaya untuk menerjemahkan nilai-nilai keagamaan dan moral menjadi tindakan nyata yang meningkatkan kualitas hidup masyarakat secara keseluruhan. Hal ini mencerminkan komitmen untuk menjadi agen perubahan positif dalam masyarakat dan membangun hubungan yang saling menguntungkan antara individu dan lingkungannya.

Kesalehan sosial adalah konsep yang mengacu pada praktik-praktik keagamaan dan moral yang mempengaruhi hubungan individu dengan masyarakat secara positif. Ini melibatkan keterlibatan aktif dalam membantu orang lain, mendukung keadilan sosial, dan berkontribusi pada kesejahteraan kolektif.

Islam memang telah memiliki konsep Zakat yaitu kewajiban memberikan sebagian dari harta kepada orang-orang yang membutuhkan dalam masyarakat, namun bukan hanya itu untuk mewujudkan kesalehan sosial kita perlu membangkitkan lagi yang namanya solidaritas sosial.

Pentingnya solidaritas antar anggota masyarakat dalam membantu mereka yang kurang beruntung adalah nilai penting dalam Islam, adalah kewajiban bagi kita untuk saling membantu dan mendukung satu sama lain, terutama dalam membantu kelompok- kelompok mustadafin (orang-orang yang lemah atau terpinggirkan).

Sebagai penutup tulisan singkat ini bersepakat dengan Muhammad Abduh (1849–1905)  pemikir Islam dari Mesir saya percaya bahwa Islam memiliki kewajiban moral untuk mendukung dan membela orang miskin. Karena seperti yang dikatakan Allah dalam Qur”an Surat Al-Ma’un;

“Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama? Maka itulah orang yang menghardik anak yatim, dan tidak mendorong memberi makan orang miskin. Maka celakalah orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai terhadap shalatnya, yang berbuat ria, dan enggan (memberikan) bantuan.”

Hafizhanallah (Semoga Allah menjaga kita) !!

*Penulis adalah petani pisang

Photo: Supriadi Lawani


TAG