Melawan Politik Dinasti, Belajar dari Keteladanan Umar bin Khattab (RA) - Utustoria Melawan Politik Dinasti, Belajar dari Keteladanan Umar bin Khattab (RA) - Utustoria

Melawan Politik Dinasti, Belajar dari Keteladanan Umar bin Khattab (RA)

1429
Spread the love

Photo: Ilustrasi

Oleh : Supriadi Lawani*

Utustoria.com – Catatan singkat ini saya buat ketika kita semua saudara – saudara muslim yang beriman sedang melaksanakan ibadah puasa di bulan Ramadhan. Dengan suasana Ramadhan yang khusyuk saya kira kita semua akan diberikan ketenangan hati dan keluasan pikiran dalam melewati dan menghadapi situasi politik di tahun 2024 ini.

Dalam catatan saya sebelumnya saya telah menuliskan sedikit banyak tentang politik dinasti dan melalui kesempatan ini saya kira tidak perlu kita mendiskusikan lebih panjang lebar apa itu politik dinasti karena secara telanjang saat ini di daerah kita kabupaten Banggai Sulawesi Tengah kita telah meyaksikan dan mengalaminya sendiri bagaimana kekuatan brutal politik dinasti merusak tatanan demokratis pra dan pasca pemungutan dan penghitungan suara pada pemilihan umum tahun  2024.

Konsisten dengan catatan saya sebelumnya politik dinasti di era demokrasi saat ini dapat terjadi ketika terjadi kelindan antara politik uang dan politik kekerabatan (nepotisme) yang mana dengan menggunakan kekuasaan negara karena otoritas yang ada padanya sebagai pemimpin (Bupati, Gubernur, Presiden) maka pejabat itu dapat menggerakkan dan memanfaatkan semua sumberdaya negara termasuk Aparatur Sipil Negara (ASN) dan Kepala Desa untuk mewujudkan kepentingan politik kerabatnya atau keluarganya agar berkuasa dan mengisi posisi jabatan publik.

Akibat yang ditinggalkan oleh perilaku atau tindakan yang membajak sumber daya negara untuk kepentingan keluarganya atau kerabatnya adalah suatu tindakan yang sangat brutal dan membuat kerusakan yang luar biasa bagi kehidupan demokrasi kita dimasa akan datang.

Oleh karenanya dengan semangat bulan suci Ramadhan ini sudah selayaknya kita kembali menoleh kebelakang dan membaca sejarah keteladanan salasatu sahabat baik junjungan kita Rasulallah Muhammad Saw dan sosok itu tidak lain adalah Umar bin Khattab sosok yang kita kenal sebagai Umar Al Faruq.

Sekilas Tentang Umar bin Khattab

Di lansir dari banyak sumber Umar bin Khattab (RA) bernama lengkap Umar bin Khattab bin Nufail Ibn Abd al-‘Uzza Ibn Riyah Ibn Qurth Ibn Razah Ibn ‘Adiy Ibn Ka’ab Ibn Lu’aiy al-Qurasyiy al-‘Adawiy. Khalifah kedua dalam Khulafaur Rasyidin tersebut dilahirkan di Makkah, 13 tahun setelah tahun Gajah, tahun kelahiran Nabi Muhammad.

Umar bin Khattab masuk islam ketika hati dan pikirannya tergetar saat membaca dan mendengar ayat-ayat Al-Qur’an tepatnya ayat awal surat Tha Ha yang terdapat di rumah adiknya yang lebih dulu masuk islam. Maka sejak saat itu dia langsung mencari dan menemui Rasulullah Muhammad Saw untuk menyatakan keislamannya dengan mengucapkan dua kalimat Syahadat.

Ketika Khulafaur Rasyidin Abu Bakar ash-Shiddiq (RA) meninggal dunia maka Umar bin Khattab mengantikanya melalui musyawarah yang demokratis saat itu. 

Umar bin Khattab dikenal dengan kebijaksanaannya dalam memerintah, dan ia memperluas wilayah kekhalifahan Islam hingga mencapai wilayah yang luas, termasuk penaklukan kota-kota besar seperti Yerusalem dan Alexandria. Di bawah kepemimpinannya, kekhalifahan Islam mengalami perkembangan pesat dan menjadi salah satu kekuatan besar di dunia pada masa itu.

Umar bin Khattab meninggal dunia pada tahun 644 M akibat serangan seorang pembunuh. Warisan kepemimpinannya tetap dihargai dalam sejarah Islam, dan ia dihormati sebagai salah satu khalifah terbesar yang memberikan kontribusi besar bagi penyebaran dan perkembangan Islam. Gelar “Al-Farooq,” yang berarti “Pemisah Kebenaran dari Kebatilan,” sering kali digunakan untuk merujuk kepada Umar bin Khattab.

Namun dari sekian banyak warisan yang ditinggalkan Umar bin Khattap (RA) ada satu yang sangat relevan dalam situasi politik saat ini yaitu konsistensi Umar bin Khattab dalam menghindari apa yang saat ini kita kenal sebagai politik dinasti.

Umar bin Khattab Menolak Politik Dinasti

Kisah tentang Umar bin Khattab dan penolakannya terhadap anaknya menjadi pemimpin adalah kisah yang inspiratif dan penuh keteladanan, mayoritas umat islam saya kira telah mengetahui kisah ini, namun untuk melengkapi tulisan singkat ini izinkan saya pada kesempatan ini untuk mencatatnya secara singkat.

Kisah ini terjadi ketika Umar bin Khattab menunjuk penggantinya sebagai khalifah sebelum beliau wafat.

Saat itu sebelum meninggal, Umar bin Khattab merasa perlu untuk menunjuk penggantinya agar tidak terjadi kekosongan kepemimpinan. Umar memilih untuk membentuk sebuah majelis yang terdiri dari beberapa sahabat terkemuka, yang dikenal sebagai Majelis Syura, untuk membantu menentukan siapa yang akan menjadi khalifah berikutnya. Selama proses ini, Umar menunjuk sejumlah sahabat yang dihormati, termasuk Ali bin Abi Thalib, Uthman bin Affan, dan Abdullah bin Umar.

Umar kemudian memberikan petunjuk kepada anaknya, Abdullah bin Umar, untuk tidak mengajukan diri sebagai kandidat. Ini bisa disebabkan oleh kekhawatiran Umar bahwa memilih keluarganya sendiri sebagai pemimpin dapat menimbulkan tuduhan nepotisme dan berpotensi mengganggu keadilan dalam penentuan pemimpin yang terbaik bagi umat Islam.

Ketika Abdullah bin Umar menyatakan niatnya untuk menjadi kandidat, Umar bin Khattab menolak permintaannya dan menasihatinya untuk tidak mengikuti proses tersebut. Abdullah bin Umar, sebagai anak yang taat, akhirnya menghormati keputusan ayahnya dan tidak mengajukan diri sebagai calon. Akhirnya, Uthman bin Affan terpilih sebagai khalifah ketiga umat Islam.

Keputusan Umar bin Khattab ini mencerminkan prinsip-prinsip keadilan dan ketidakberpihakan dalam memilih pemimpin untuk umat Islam. Meskipun Abdullah bin Umar adalah sosok yang berkompeten, Umar memilih untuk menghindari kepentingan pribadi dan keluarganya dalam urusan kepemimpinan umat Islam.

Kisah singkat yang sangat monumental ini  adalah keteladanan yang luar biasa yang diajarkan Umar bin Khattab kepada kita semua bahwa nepotisme adalah tindakan yang sangat jauh dari prinsip – prinsip keadilan dan pada ujungnya akan merusak tatanan sosial keumatan.

Sebagai penutup tulisan singkat ini di momentum bulan suci Ramadhan yang penuh berkah ini saya kira kita semua dapat merenung dan berpikir untuk menentukan dan memilih pemimpin dimasa yang akan datang dan keteladanan Umar bin Khattab ini dapat menjadi rujukan kita dalam menentukan pilihan.

Hafizhanallah (Semoga Allah menjaga kita) !!

  • Penulis adalah petani pisang

Photo: Supriadi Lawani