Photo: Proses Mediasi Pihak SMA N 1 Toili
"Kenapa tidak dibunuh aja buk?" Tanya seorang siswa.
"Itulah undang - undang kita, kalau di Negara Islam mereka sudah dibunuh." Jawab RG atas pertanyaan siswanya.
Utustoria.com, Banggai – Di tengah situasi zaman yang penuh dengan beragam informasi, kerap kali konflik horizontal masyarakat disebabkan oleh kesalahan/kekeliruan di dalam menangkap informasi. Oleh sebab itu, tentu masyarakat perlu memilah dengan cerdas setiap informasi yang diterima.
Sangat disayangkan perlakuan salah satu oknum Guru SMA Negeri 1 Toili yang diduga melakukan ujaran kebencian sekaligus pencemaran nama baik terhadap salah satu ormas Islam yang ada di Indonesia.
Pelaku adalah RG, yang juga adalah guru mata pelajaran Agama Islam. Ujaran kebencian yang dilakukan oleh RG itu berlangsung saat dirinya sedang mengajarkan materi pelajaran Agama Islam. Sempat terekam oleh penangkap suara, dalam rekaman tersebut RG dengan gamblang mengatakan bahwa salah satu organisasi islam yang juga ada masjid dan kantor organisasi di Kecamatan Toili itu adalah aliran sesat. Bahkan RG juga mengatakan kalau saja MUI keras, maka ormas yang dimaksud tidak akan diberi izin untuk mendirikan masjid di Toili.
“Itu kalau saja MUI disini keras, tidak diizinkan mereka mendirikan masjid.” Ujar RG kepada siswa – siswi dalam rekaman yang berdurasi sekitar 10 menit.
Parahnya, apa yang diujarkan RG dihadapan siswa – siswi itu mendapat respon dari salah satu siswa, dengan pertanyaan yang tidak wajar, siswa tersebut mempertanyakan mengapa orang – orang yang dianggap sesat itu tidak dibunuh. Bukannya memberi penjelasan rasional atau berusaha memberi pemahaman yang bijaksana, RG justru seakan menyalahkan Undang – undang yang berlaku di Indonesia.
“Kenapa tidak dibunuh aja buk?” Tanya seorang siswa.
“Itulah undang – undang kita, kalau di Negara Islam mereka sudah dibunuh.” Jawab RG atas pertanyaan siswanya.
Persoalan tersebut telah dimediasi oleh pihak sekolah SMA N 1 Toili, pasalnya orang tua siswa yang merupakan anggota ormas dimaksud telah mendatangi pihak sekolah dan meminta klarifikasi atas apa yang diujarkan RG kepada siswa/siswi.
Proses mediasi yang dilakukan oleh pihak SMA Negeri 1 Toili melahirkan sebuah surat pernyataan dari RG yang mengakui kesalahannya. Adapun isi surat pernyataan tersebut dinilai masih sangat lemah secara administrasi, karena tidak dibubuhi dengan materai. (26 Juli 2023)
Photo: RG Membuat Pernyataan Tertulis
Dalam rekaman yang berdurasi 10 menit itu, RG tidak hanya menyebut nama 1 ormas saja, dirinya bahkan menyebut beberapa nama ormas yang dengan terang dan jelas dirinya menyampaikan di hadapan siswa – siswi bahwa ormas – ormas tersebut adalah sesat.
Menurut informasi yang diterima oleh awak media dari salah satu pengurus ormas yang tidak menerima dikatakan sebagai sesat, pihaknya akan melaporkan RG pada pihak berwajib, hal itu dilakukan karena dianggap ulah RG sudah meresahkan dan dapat memberi dampak buruk pada kehidupan bernegara dan juga pada generasi muda, siswa/siswi. (Red)