Photo: Acara pembukaan Pelatihan Manajemen Kelompok
Utustoria.com, Banggai. Transformasi untuk Keadilan Indonesia (TuK Indonesia) menggelar pelatihan manajamen pada sejumlah ibu – ibu yang tergabung dalam kelompok binaan “Srikandi Hijau.” Hadir langsung dalam acara tersebut direktur eksekutif TuK Indonesia, Edi Sutrisno. (16/10)
Diberi kesempatan membawakan sambutan, Edi Sutrisno berpesan kepada seluruh peserta pelatihan agar senantiasa setia menjaga ekosistem mangrove agar dikemudian hari masih dapat dinikmati oleh generasi berikutnya. Selain itu dirinya juga sangat mengapresiasi apa yang sejauh ini dilakukan oleh Srikandi Hijau, sebab baginya menjaga alam agar tetap lestari bukanlah pekerjaan mudah yang dapat dilakukan oleh semua orang.
“Ibu – ibu harus tetap semangat dan setia menjaga apa yang sudah ada untuk dapat dinikmati juga oleh generasi berikutnya. Apa yang telah Ibu – ibu lakukan di desa ini bukanlah hal mudah yang dapat dilakukan semua orang, oleh karena itu saya sangat berterima kasih dan sangat mengapresiasi kerja keras Ibu – ibu.” Ujar Edi.
Kegiatan yang berlangsung sejak pagi hari ini secara resmi dibuka oleh aparat Desa Tohiti Sari. Dalam sambutannya diakui oleh Ahmid selaku pelaksana tugas Kepala Desa, pihaknya sangat mengapresiasi kegiatan dan keuletan dari Srikandi Hijau yang sudah terlihat sangat serius dalam menjawaga kawasan hutan mangrove di Desa mereka.
Pelatihan manajemen kelompok ini diawali dengan Pre test kepada seluruh anggota kemudian dilanjutkan dengan pemaparan materi dasar – dasar organisasi hingga rapat anggota dan selesai ditutup dengan Post test.
Keseluruhan peserta merasa terhibur dan mendapatkan banyak ilmu juga pengalaman baru pada agenda pelatihan yang mereka ikuti. Pasalnya, ada berbagai games yang bersifat edukatif yang disiapkan panitia untuk membina suasana.
Tidak hanya pada agenda pelatihan, hal menariknya lainnya ada pada saat acara makan siang, panitia pelaksana kegiatan tersebut menghidangkan semua aneka makanan yang bersumber dari habitat hutan mangrove. Ada ikan kakap bakau, kerang hijau atau yang biasa disebut “tue” oleh warga sekitar, kepiting, hingga sayur – sayuran.
“Masih sangat cukup kawasan mangrove di desa ini untuk menyediakan berbagai makanan sehat dan enak, itu sebabnya kami wajib menjaga dan melestarikan apa yang sudah ada.” Ungkap Zulkifli Salingkat, selaku Mangrove specialist. (Red)