Catatan Untuk Indonesia: Tantangan & Hambatan Generasi Z Indonesia di Era Revolusi Industri 4.0 Pasca Pandemi Covid-19 - Utustoria Catatan Untuk Indonesia: Tantangan & Hambatan Generasi Z Indonesia di Era Revolusi Industri 4.0 Pasca Pandemi Covid-19 - Utustoria

Catatan Untuk Indonesia: Tantangan & Hambatan Generasi Z Indonesia di Era Revolusi Industri 4.0 Pasca Pandemi Covid-19

574
Spread the love

Photo: Ilustrasi (Binus Online)

Utstoria.com – Pandemi Covid-19 telah menyebabkan perubahan besar dalam berbagai aspek kehidupan termasuk pendidikan dan pekerjaan. Hal ini mendorong perlunya keterampilan untuk mengatasi permasalahan kompleks. Orang yang dapat beradaptasi dengan memiliki seperangkat pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan dalam dunia kerja dan kehidupan maka akan mampu bertahan dan mengubah peluang menjadi tantangan.

Revolusi Industri 4.0 di Indonesia berdampak pada hilangnya 23 juta lapangan pekerjaan digantikan oleh otomatisasi pada tahun 2030 dan munculnya sekitar 27-46 juta lapangan pekerjaan baru. Indonesia harus mempersiapkan diri untuk menghadapi tantangan tersebut, terutama bagi kaum muda untuk dapat bersaing dimasa depan. Sensus penduduk Indonesia tahun 2020 menunjukkan bahwa Generasi Z yang lahir pada tahun 1997 hingga 2012, mendominasi jumlah penduduk, mencapai 74,93 juta jiwa atau 27,94% dari total jumlah penduduk. Bonus demografi bisa menjadi peluang sekaligus tantangan.

Jika Generasi Z Indonesia tidak dipersiapkan dengan baik, akankah mimpi Indonesia menjadi negara maju bisa tercapai?
Generasi Z Indonesia harus tahu skill masa depan apa yang perlu disiapkan. Banyak penelitian mengungkapkan dan meramalkan serangkaian keterampilan masa depan seperti keterampilan berpikir kritis, keterampilan bernegosiasi, kreativitas, keterampilan digital/komputasi, manajemen diri, kepemimpinan, komunikasi, kolaborasi, pemecahan masalah, pengambilan keputusan dan lain sebagainya.

Di masa lalu, banyak negara menghasilkan tenaga kerja muda sesuai kebutuhan dunia kerja untuk percepatan ekonomi pembangunannya melalui sistem pendidikan yang sesuai. Namun, karena permintaan akan keterampilan yang berubah dengan cepat, paradigma pendidikan dan produksi yang ada tidak akan lagi mampu mempertahankan ekspansi yang cepat dalam dekade-dekade berikutnya. Kini negara-negara di dunia mulai beradaptasi dengan mentransformasi sistem pendidikannya untuk menyediakan sumber daya manusia yang dapat memenuhi kebutuhan kerja di masa depan.

Transformasi pembelajaran berbasis digital di Indonesia telah dilaksanakan secara masif belakangan ini akibat lockdown selama pandemi Covid-19. Oleh karena itu, pandemi Covid-19 menjadi “pelajaran tak terduga” bagi sekolah dan perguruan tinggi yang masih terjebak dengan sistem pembelajaran konvensional. Pelajar Indonesia belajar banyak hal selama pandemi COVID-19, terutama terkait penggunaan teknologi berbasis digital. Mereka menjadi lebih akrab dengan pembelajaran berbasis digital selama dua tahun terakhir. Tercatat setidaknya sepertiga (39 persen) responden Indonesia menilai keberhasilan lembaga pendidikan menghadirkan pengalaman digital yang lebih baik dari sebelum disrupsi akibat pandemi yang melanda.

Untuk menghadapi masa depan, keterampilan yang dibutuhkan tidak sebatas mampu mengoperasikan perangkat digital. Ada banyak keterampilan yang harus disiapkan oleh generasi muda Indonesia saat menghadapi perubahan berkelanjutan yang cepat. Kementerian Pendidikan Republik Indonesia, Nadiem Makarim, pada awal tahun 2020 merumuskan kurikulum yang diberi nama “Merdeka Belajar Kampus Merdeka” yang disingkat MBKM. Hal ini dirancang untuk memungkinkan siswa Indonesia untuk mendapatkan pengetahuan langsung dari mitra yang kompeten dan mengeksplorasi pengetahuan dan keterampilan industri.

Sasaran program MBKM adalah untuk membekali generasi muda dan menyiapkan sumber daya manusia unggul yang menguasai berbagai bidang keilmuan, siap berkolaborasi lintas disiplin ilmu, dan juga siap memecahkan masalah yang kompleks.

Program ini akan memberikan kesempatan untuk berkolaborasi dengan berbagai kampus dan industri di berbagai daerah di Indonesia dan internasional. Program MBKM memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk mempersiapkan sumber daya manusia yang adaptif, progresif, dan mampu bekerja di era disrupsi.

Namun demikian, apakah program MBKM sudah cukup untuk menjawab tantangan pekerjaan masa depan di Indonesia dan internasional? Dengan berbagai hambatan yang ada seperti infrastruktur yang belum merata, kualitas pendidik yang masih rendah, ketimpangan kualitas pendidikan di pusat dan daerah akan terus menjadi permasalahan yang menjadi tantangan untuk diselesaikan bagi semua pihak, yang memerlukan sinergisitas antara pemerintah sebagai pemangku kebijakan dan stakeholders sebagai pelaksana kebijakan.

Maya Mustika, M.Pd. – Peserta LATSAR CPNS Angkatan XXVII Puslatbang KDOD