Gerakan Keadilan Iklim - Utustoria Gerakan Keadilan Iklim - Utustoria

Gerakan Keadilan Iklim

647
Spread the love

Photo: Ilustrasi (Media Indonesia)

PARID RIDWANUDDIN
Manajer Kampanye Pesisir dan Laut Eksekutif Nasional Walhi, Anggota Muhammadiyah

Utustoria.com – Akhir Februari 2022 lalu, Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) merilis Laporan Penilaian Keenam (Assessment Report 6) yang wajib menjadi perhatian semua pihak. Laporan ini peringatan penting mengenai bahaya dampak krisis iklim yang harus dihadapi manusia.

Dalam dua dekade mendatang, terjadi peningkatan temperatur global 1,5 derajat Celcius. Akibatnya, muncul gelombang panas, banjir bandang berintensitas tinggi, kekeringan ekstrem.

Di Indonesia, krisis iklim memaksa lebih dari 34 persen orang hidup dengan kelangkaan air pada 2050. Produksi beras menurun enam persen dan jagung menurun 14 persen dari total produksi saat ini.

Kenaikan temperatur, juga menempatkan Indonesia sebagai negara paling menderita secara global dengan naiknya permukaan laut. Sekitar 20 juta orang di Indonesia saat ini tinggal di wilayah yang rentan banjir rob.

Tingginya produksi emisi akan meningkatkan dua kali lipat jumah orang terdampak rob pada akhir abad ini. Di sektor perikanan, peningkatan suhu memaksa ikan berpindah dari wilayah tropis serta mengurangi pendapatan Indonesia dari penangkapan ikan sebesar 24 persen.

Keresahan anak muda

Anak muda, paling resah dengan situasi buruk planet bumi. Pada Januari 2021, UNDP menggelar survei global, People’s Climate Vote. Ini survei opini publik terbesar tentang krisis iklim yang dilakukan di 50 negara, mencakup 1,2 juta responden.

Di antara poin pentingnya, kaum muda di bawah 18 tahun percaya krisis iklim merupakan darurat global. Hampir 70 persen anak di bawah 18 tahun mengatakan demikian dibandingkan 65 persen dari usia 18-35, lalu 66 persen berusia 36-59, dan 58 persen di atas 60 tahun.

Sebanyak 59 persen yang menyebut krisis iklim sebagai darurat global mengatakan, dunia harus segera melakukan segala hal yang diperlukan.

Kenapa anak muda resah dengan krisis iklim? Di antara jawabannya,  pada masa mendatang mereka mewarisi bumi yang rusak akibat pembangunan yang dipilih generasi saat ini yang memegang kepemimpinan politik, baik di tingkat global maupun nasional.

Daya dukung dan daya tampung planet bumi penting dipertimbangkan untuk generasi hari ini, juga generasi  mendatang.  

Inilah yang  disebut keadilan antargenerasi, yang mengadung dua makna. Pertama, setiap generasi mewarisi SDA dan habitat berkualitas dan mewariskannya ke generasi selanjutnya sehingga generasi ini berkesempatan setara dalam kualitas fisik, ekologi, ekonomi, dan sosial.

Kedua, generasi kini tak boleh mewariskan generasi selanjutnya sumber alam yang tak dapat diperbarui.

Generasi muda Muslim

Dengan jumlah anak muda sekitar 172 juta jiwa, gerakan iklim di Indonesia sangat strategis. Generasi muda Muslim wajib aktif bahkan menjadi inisiator dan aktor utama wacana dan aksi keadilan iklim ini.

Alquran banyak mengulang larangan berbuat kerusakan di muka bumi. Kata fasad, disebut lebih dari 50 kali, digunakan Alquran untuk menggambarkan krisis yang memiliki dimensi lahir dan batin.

Mereka wajib menghayati pesan Alquran yang menyebut kata bumi (al-ardh) lebih dari 450 kali. Ini mengindikasikan, keadilan sekaligus keberlanjutan planet bumi dengan kehidupan di dalamnya adalah misi penting ajaran Islam.

Terkait penguasaan dan pengelolaan SDA, Alquran selalu menggunakan kata ‘kalian’ (antum atau kum) sebagai subjek pengelola bumi. Maknanya, SDA tak boleh dikuasai dan dikelola hanya oleh kelompok tertentu.  

Alquran banyak mengulang larangan berbuat kerusakan di muka bumi. Kata fasad, disebut lebih dari 50 kali, digunakan Alquran untuk menggambarkan krisis yang memiliki dimensi lahir dan batin.

Para ulama mendefinisikan fasad sebagai situasi keseimbangan telah hilang dalam kehidupan. Dimensi lahir fasad, hancurnya beragam ekosistem penting. Sedangkan dimensi batinnya, kerusakan itu disebabkan rusaknya hati dan pikiran manusia dalam mengelola SDA.

Lebih jauh, generasi muda Muslim wajib tergabung dalam gerakan keadilan iklim global.

Lebih jauh, generasi muda Muslim wajib tergabung dalam gerakan keadilan iklim global, di antaranya Friday for Future yang diinisiasi Greta Thunberg. Gerakan ini diikuti lebih dari empat juta pelajar di lebih dari 125 negara.

Tuntutannya, mendesak pemimpin dunia mengambil tindakan segera mencegah krisis iklim serta mengubah sistem yang menyebabkan krisis iklim. Pada masa datang, gerakan keadilan iklim wajib ditempatkan untuk merespons tiga hal.

Pertama, miskinnya perspektif keadilan iklim dalam diskursus keagamaan. Kedua, kuatnya hegemoni negara industri dan perusahaan transnasional mengeksploitasi SDA di negara berkembang. Ketiga,  masih kuatnya paradigma ekonomi pertumbuhan dalam pembangunan nasional yang mendorong beragam eksploitasi SDA.

Gerakan keadilan iklim adalah keniscayaan. Ia bagian al-amru bil ma’ruf wa nahyu anil munkar yang harus menjadi kepentingan utama generasi muda Muslim. 

Terbit Sebelumnya di: https://www.republika.id/posts/30153/gerakan-keadilan-iklim