Ulasan Sosiologi: Petasan dalam Perspektif Marxisme Eksistensial - Utustoria Ulasan Sosiologi: Petasan dalam Perspektif Marxisme Eksistensial - Utustoria

Ulasan Sosiologi: Petasan dalam Perspektif Marxisme Eksistensial

1206
Spread the love

Photo: Ilustrasi

Utustoria.com – Pada 12 Mei 2021, sehari sebelum perayaan Idul Fitri, terjadi peristiwa ledakan petasan di Desa Ngabean, Kecamatan Mirit, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah.
Kejadian tersebut menewaskan empat orang produsen petasan dan beberapa orang lainnya luka-luka.
Ledakan diduga karena racikan bahan petasan bersentuhan dengan puntung rokok.
Selain menimbulkan korban jiwa, ledakan petasan tersebut juga merusak rumah milik korban yang digunakan untuk tempat meracik dan memproduksi petasan.
Peristiwa serupa dan di waktu bersamaan berlokasi di Dusun Sumberjo, Desa Tanjung, Kecamatan Pagu, Kabupaten Kediri, Jawa Timur di mana ledakan petasan terjadi di sebuah rumah dan menewaskan seorang peracik petasan dengan kondisi tubuh terbelah. Seorang rekan korban ditetapkan sebagai tersangka.
Penyebab meledaknya petasan di Dusun Sumberjo diduga karena tumpukan racikan petasan bersentuhan dengan benda yang sensitif dengan bahan kimiawi dan ledakan.


Petasan atau mercon merupakan benda yang berisi bubuk kimiawi seperti potasium nitrat, arang kayu, dan sulfur (belerang), dibungkus oleh kertas, dan dipasang sumbu pada salah satu ujung petasan sebagai pemantik ledakan ketika disentuh dengan api. Kandungan petasan secara umum tidak jauh berbeda dengan kandungan petasan pada peristiwa yang ada di Kebumen dan Kediri.
Secara historis, petasan ditemukan pertama kali pada masa pemerintahan Dinasti Han di Cina. Saat itu petasan disebut bazhou, yakni peledak yang berasal dari bambu.
Bazhou tidak sengaja ditemukan oleh seorang juru masak.
Saat itu, si juru masak menggunakan bambu yang dicampur berbagai bahan untuk dijadikan bahan bakar tungku memasak.
Bahan yang dimasukkan ke dalam bambu termasuk di dalamnya bahan mesiu seperti sulfur, batubara, dan potasium nitrat.
Ketika bambu dimasukkan ke tungku perapian, terjadi ledakan yang cukup hebat.
Kemudian bazhou digunakan sebagai perlengkapan upacara perayaan hari besar atau festival, khususnya dalam rangka mengusir makhluk gunung yang suka mengganggu dengan cara meledakkan bazhou.