Photo: Aku Minta Jam Kerjaku Malam Saja
Penulis: Kemeja Lusuh
Kalender di kamarku tak pernah bisa melukiskan kita dengan benar
Angka pada tanggal yang tertera di sana
selalu sewarna dengan air mata
Angka hitam adalah jarak
Angka merah adalah rindu
Mereka tak pernah meliburkan diri
sering kali memoles tatapan penuh ejekan dan canda
“Habis kau! Siapa suruh jatuh hati kepadanya”
Beberapa angka kulingkari, berharap lekas menjadi sepi
Sisa angka tertawa hebat
Seolah kita hanya berwujud rupa di dalam figura
Berbeda dengan angka-angka di arloji
Mereka tak pernah begitu
meski hampir kehilangan nyawa
sering memintaku melihatnya dan melupakan
penanggalan yang sok tahu
ia selalu percaya:
entah itu kau atau aku
hanya tentang jejeran hari dan bulan yang hampir rampung
Tiap jarum jam pendek berdiri tegak dengan jarum panjang pada angka ke-12
Aku berharap angka itu segera bertemu kembali
kalender memang tak pandai membaca aksara tentang kita
di saat bersamaan,
Bulan malam ini segera purnama
Bisakah kit menghitung yang tersisa?
Hebatnya selalu arlojiku tak jadi mati
sejak aku dan kau yang dipisah laut untuk sendiri
Mari menghitung, mana yang lebih berbahaya
Sisa hari atau pertemuan kita.