Utustoria.com, Banggai. Bagi sebagian orang alasan berkunjung ke warung kopi atau kedai kopi adalah agar dapat menikmati kopi dan mungkin juga untuk nongkrong bersama teman- teman atau bahkan pasangan.
Minum kopi sambil sambil berbincang-bincang bukan budaya yang baru hadir dalam masyarakat kita, budaya ini sudah ada paling tidak sejak zaman kolonial. Kita tahu bersama Kopi bukan merupakan tanaman asli kepulauan Indonesia. Pada akhir abad 16 VOC membawa tanaman kopi Arabika ke wilayah Nusantara.
Warung atau kedai kopi sendiri sudah mulai dikenal sejak akhir abad ke XIX. Dimulai dari Bakoel Koffie yang merupakan bentuk modernisasi dari coffee roaster pertama di Jawa, Tek Sun Ho (sekarang menjadi Warung Tinggi) yang berdiri sejak 1878.
Seiring perkembangan zaman warung atau kedai kopi bukan lagi sekedar tempat “ngopi’ dengan desain sederhana namun sudah lebih dari itu, desain ruangan berupa warna cat dan lukisan dinding, bentuk dan susunan kursi dikonsep sedemikian rupa guna membuat pengunjung betah dengan suasana yang artistik.
J Art Coffee pun demikian, warung kopi yang terletak di Jalan Tadulako kecamatan Toili ini tidak sekedar menyediakan kopi dengan berbagai aneka rasa yang memanjakan lidah namun lebih dari itu, di warung ini selain desain ruangan yang artistik juga ada live music yang dihelat setiap minggunya semua bebas menyanyi secara gratis baik sendiri- sendiri maupun berbarengan dan tentu saja pembacaan puisi menjadi sesuatu yang istimewa ditempat ini.
Menurut Bang Jek, pengelola warung ini bahwa konsep yang dibangun memang tidak jauh – jauh dari seni. “Kami memang senang berkesenian, jadi warung ini kami konsep agar bisa menjadi tempat untuk menyalurkan aspirasi seni, karena saat ini bagi kami setiap orang adalah seniman makanya tempat ini kami beri nama J Art Coffee” ungkapnya.
Namun ada satu yang paling menarik perhatian saya ketika berkunjung ke tempat ini, yaitu fotografi, ya Fotografi. J Art Coffe ternyata menyediakan fasilitas untuk berfoto ria, ada beberapa kamera merk ternama disediakan, para tamu bisa menggunakan untuk saling foto ataupun difoto oleh petugas warung. Bahkan yang membuat saya takjub ditempat yang terbilang jauh dari ibu kota kabupaten ini para tamu bisa membuat vidionya sendiri dengan kamera yang disediakan, sungguh luar biasa. Dalam takjub saya membatin, benar kata Bang Jek, setiap orang sejatinya adalah seniman dan semoga saja tempat ini bisa bertahan lama, seperti kisah bakoel Koffie yang legendaris dan inspiratif itu. (Saj)