Harapan Hidup Rendah, Banyak Pemuda Tinggalkan Desa - Utustoria Harapan Hidup Rendah, Banyak Pemuda Tinggalkan Desa - Utustoria

Harapan Hidup Rendah, Banyak Pemuda Tinggalkan Desa

683
Spread the love

Photo: Ilustrasi

Utustoria.com, Banggai . Bebarapa tahun terkahir banyak pemuda Desa di kabupaten Banggai yang harus keluar Daerah untuk mencari pekerjaan lebih baik.

Pemuda semakin tidak tertarik untuk bekerja mengolah sumber daya utama di desa yaitu pertanian. Namun ini bukan karena tidak mau atau karena malas namun saat ini pertanian khusnya pertanian rakyat memang tidak bisa lagi menjanjikan untuk kelangsungan hidup yang lebih baik.

Seperti Anto misalnya salasatu pemuda di kecamatan Lamala harus meninggalkan desanya hanya untuk mencari pekerjaan di Kabupaten Morowali. Dengan bermodal ijazah Strata satu dia mencoba peruntungan untuk menjadi buruh tambang dan bergabung dengan ribuan pemuda lainya demi hidup yang lebih baik.

“Mau di apa di kampung susah, ba kebun harus menunggu panen sementara tiap hari harus makan, belum lagi kebutuhan lain, susah sekali kalau di kampung, jadi mending saya coba ke morowali cari kerja” jelasnya.


Seperti halnya Anto demikian pula Boby dari kecamatan Manto yang harus berangkat ke Papua dan meninggalkan keluarganya hanya untuk mendapatkan hidup yang lebih baik.
“macam tidak ada harapan kalau di kampung, mo ba tanam kalapa lima tahun baru panen terus hari-hari makan apa, ba pancing juga terbatas sementara kebutuhan ada terus” keluhnya.

Salasatu pemerhati desa di kabupaten Banggai Zulkifli Salingkat mengatakan bahwa nilai tukar petani memang relatif stagnan yang mengakibatkan kurangnya insentif ekonomi untuk bekerja sebagai petani. Tak hanya dari sisi nilai tukar, Kifli menganggap tidak ada insentif prestise juga membuat banyak pemuda engan untuk menjadi petani.

” Sabagian faktornya memang seperti yang saya katakan tadi, meskipun ini tetap butuh riset lagi, namun pada umumnya seperti itu, maka wajar saja bila kaum muda meninggalkan sektor pertanian,” Kata Kifli yang saat ini sedang kuliah pada Program Magister Manajemen spesialisasi Sustainability Universitas Trisakti Jakarta. Red