Pemilik Syair Hujan di Bulan Juni Meninggal Dunia - Utustoria Pemilik Syair Hujan di Bulan Juni Meninggal Dunia - Utustoria

Pemilik Syair Hujan di Bulan Juni Meninggal Dunia

901
Spread the love

Photo: Sapardi Djoko Damono, Google Red

Utustoria.com, Banggai. Minggu (19/7/20) media sosial geger sedari pagi tadi. Tokoh penyair terkenal Prof. Dr Sapardi Djoko Damono Pemilik puisi Hujan Bulan Juni tutup usia. Selain dikenal sebagai Penyair, Sapardi djoko damono atau sering akrab disapa eyang juga merupakan dosen di Universitas Indonesia.

Menurut informasi yang beredar, Eyang Sapardi tutup usia pukul 09.17 WIB, setelah dirawat intensif di rumah sakit Eka Hospital BSD, Tanggerang Selatan.

Photo: Sapardi Djoko Damono, Ilustrasi


“Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un
Telah meninggal dunia sastrawan besar Indonesia, Prof. Dr. Sapardi Djoko Damono di Eka Hospital BSD, Tangerang Selatan pada hari ini 19 Juli 2020, pukul 09.17 WIB.
Mohon doa. Al Fatihah.”
Pesan berantai di aplikasi WA tersebut viral di seluruh grup pecinta sastra Indonesia, memang dikabarkan sebelumnya bahwa Sapardi Djoko Damono di rawat karna mengalami penurunan fungsi organ.

“Innã liLlãhi wainnã ilaiHi rãji’űn. Terutama dunia Sastra menangis. Salah seorang tokoh utamanya, Penyair besar Sapardi Djoko Damono (20 Maret 1940) hari ini pulang ke rahmatuLlãh” tulis akun @A. Mustafa Bisri dalam akun tweeternya.
Tentunya kabar ini mengagetkan seluruh penyair dan kalangan sastrawan lainnya. Kesedihan pun terlihat oleh sahabat beliau, Joko Pinurbo kepada Aan mansyur dalam pesan pendek. Pesan pendek itu di unggah oleh akun IG @Aan Mansyur salah satu penyair terkenal di Makassar.
“Bapak, An 😭😭” pesan Joko pinurbo
“Iya, Mas 😭” jawab singkat Aan Mansyur
Selain itu, Sudjiwo Tedjo diakun Tweeternya menuliskan duka yang sedalam-dalamnya. selain hormat sebagai tokoh besar sastrawan, Sudjiwo tedjo pun menghormati beliau sebagai sahabat karib.
“Kutuang Bubur Bulan Sapar ke dalam Hujan Bulan Juni, agar Saparku menjadi Sapardi, Sapar kita semua Mas Sapardi.. met jalan .. sampai jumpa #utangRasa”
tulis akun tweeter @sudjiwotedj

Penghargaan dan Karya

Sapardi Djoko Damono banyak menerima penghargaan. Pada tahun 1986 ia mendapatkan anugerah SEA Write Award. Ia juga penerima Penghargaan Achmad Bakrie pada tahun 2003.
Semasa aktif sebagai akademikus, ia juga menjadi redaktur pada majalah “Horison”, “Basis”, dan “Kalam”. Ia adalah salah seorang pendiri Yayasan Lontar.
Sejumlah buku puisinya di antaranya Hujan Bulan Juni (1994), Perahu Kertas (1984), Namaku Sita (2012), Ada Berita Apa Hari Ini, Den Sastro (2002), Sutradara Itu Menghapus Dialog Kita (2012), dan Arak-Arakan (2014). Buku puisinya yang berjudul Hujan Bulan Juni bahkan sudah diadaptasi menjadi novel dan film. Dilansir dari Tirto.id
Selain puisi Hujan Bulan Juni yang terkenal, beberpa puisi lainnya sama lekatnya ketika dibacakan. Persembahan manis dari mendiang salah satunya adalah puisi Pada Suatu Hari.

Pada Suatu Hari Nanti
Pada suatu hari nanti,
Jasadku tak akan ada lagi,
Tapi dalam bait-bait sajak ini,
Kau tak akan kurelakan sendiri.

Pada suatu hari nanti,
Suaraku tak terdengar lagi,
Tapi di antara larik-larik sajak ini.
Kau akan tetap kusiasati,

Pada suatu hari nanti,
Impianku pun tak dikenal lagi,
Namun di sela-sela huruf sajak ini,
Kau tak akan letih-letihnya kucari.

Sampai berita ini diturunkan, para pecinta sastra indonesia mulai saling upload mendoakan almarhum dan terpukul atas berpulangnya penyair yang sangat dikenal santun dan rendah hati. Karya terbesarnya “Hujan Bulan Juni” menjadi puisi yang sangat digemari para pembaca dan penyuka sastra. (To)